JawaPos.com – Masyarakat diminta tak meremehkan kasus Covid-19 varian Omicron meski gejalanya memang lebih ringan dibanding Delta. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebar dua kali lebih cepat dalam 2 hari dan paling banyak menulari anak-anak.

Menurutnya, kuncinya adalah kemampuan testing, tracing, dan treatment. Sebab menurut Dicky, hampir 90 persen pasien Omicron tak bergejala.

“Di semua negara dengan kemampuan 3 T memadai pun tetap menyebar. Apalagi di Indonesia kita tahu 3T tak memadai. Sifatnya pasif. Fakta ini tak terhindarkan, tak terbantahkan. Ketika kita gagal mendeteksi Omicron, itu sama saja menyimpan bom waktu masalah, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” tegasnya kepada JawaPos.com, Kamis (20/1).

Dalam jangka pendek, kata Dicky, dampaknya adalah kesakitan atau kasus bertambah apalagi 90 persen pasien tak bergejala. Sebab mereka sudah memiliki imunitas, baik karena sudah terinfeksi atau divaksinasi.

“Kalaupun ada gejala, ya ringan dan sedang. Tapi proses infeksi di dalam tubuhnya tak berbanding lurus dengan kesehatan tubuhnya. Atau setidaknya ketidaktahuan statusnya berpotensi besar nularkan ke sebagian kelompok berisoki tinggi,” tuturnya.

Kondisi ini juga membebani fasilitas kesehatan, ICU atau kematian. Dan kelompok yang paling rentan disasar Omicron di dunia saat ini, kata Dicky, adalah anak-anak.

“Kita banyak kelompok berisiko karena belum bisa divaksin. Siapa saja? Anak-anak, bayi, dan ibu hamil yang belum divaksin,” jelas Dicky.

“Kasus omicron ini 20 persen dampaknya pada anak dibanding Delta. Makanya di Australia, kematian pada anak lebih signifikan terjadi setelah Omicron,” jelas Dicky.

Dampak lainnya jika Omicron tak terdeteksi, lanjutnya, adalah semakin banyaknya seseorang yang harus diisolasi. Sehingga tenaga kesehatan dan pelayanan publik lain akan kekurangan SDM.

Dampak jangka panjang, tentu ada efek Long Covid yang masih dirasa oleh pasien. Dalam jangka menengah, lanjutnya, tak terdeteksinya Omicron, membuat virus ini bersirkulasi menginfeksi orang dengan tak terkendali, dengan kecepatan doubling time 2-4 hari.

“Atau ekonomi bisa terganggu. Untuk tes pun sulit karena banyak nakes dan laboran terinfeksi. Dampak Omicron ini memang bukan pada aspek individunya tapi pada aspek kesehatan masyarakat. Dan public sektornya karena menular cepat,” jelasnya.